Ofice : Jl. Lintas Bima - Wera (Km 42) Desa Mawu Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima - NTB. Email : stkipdarulhusnabima@gmail.com

Sabtu, 29 Oktober 2011

JANGAN JADI PECUNDANG


Belo-Rupe, April-Agustus 2010.

Engkau telah mengajariku dahulu......
Sejak aku taman kanak-kanak hingga ku beranjak dewasa
Perilaku nan bijaksana mu selalu dan selamanya aku tiru....
Entah sampai kapan aku akan melupa

Bapak dan Ibu guruku yang tercinta
Adakah ananda bisa berpesan
Janganlah engkau merasa gundah gulana
Sebab ada orang yang hendak menelan

Baik Buruk kita hari ini
Sebenarnya bukan diatur oleh orang perorang
Bilakah Bapak Ibu guru hendak Mengkaji
Orang yang bertindak senonoh bolehlah di perang

Janganlah Bapak Ibu guruku jadi Pecundang
Sebab orang yang berkuasa telah bertindak
Kamipun akan selalu ada dibelakang
Siap siaga mengamuk dan berteriak

Maafkanlah ananda bila dinilai terlalu kasar
Sebab ananda sudahlah tak tahan
Melihat tindak si Penguasa besar yang gusar
Memindah menindih tanpa kenal lahan

Sadarkah engkau wahai pahlawan tanpa tanda jasa
Engkau tertindas oleh politik hina dan dengki
Banyak sudah selama ini kau rasa
Kenapa masih berdiam diri

Kami sadar dan kami mengerti Bahwa sabar itu dikasihani Tuhan
Tapi jangan ajarkan pada kami untuk mempercundangi diri
Sebab apa yang kami lihat dan saksikan
Cukup merasa engkau telah ternodai

Sebuah pertikaian yang berkepanjangan
Menghasilkan penderitaan yang tiada tara
Sudah nasibmu selalu sengsara
Tiada pula niatmu untuk melawan

By. Yusuf S.Pd
Menyikapi Pertikaian PGRI Kota Bima dan Walikota Bima serta mutasi para guru oleh Bupati Bima.

Kamis, 27 Oktober 2011

ASAL MUASAL TAMBORA


ASAL mula nama Gunung Tambora menurut cerita turun temurun ada dua versi, yaitu: Pertama, berasal dari kata lakambore dari bahasa Bima yang berarti mau ke mana, untuk menanyakan tujuan bepergian kepada seseorang. Kedua, dari kata ta dan mbora, dari bahasa Bima, kata "ta" yang berarti mengajak, dan kata "mbora" yang berarti menghilang, sehingga arti kata Tambora secara keseluruhan yaitu mengajak menghilang.
Ini berasal dari cerita turun temurun, dahulu ada seseorang sakti yang pertama kali ke gunung tersebut (sekarang Gunung Tambora), bertapa dan tidak diketemukan lagi karena telah menghilang di gunung tersebut. Kalau istilah bahasa Jawa-nya moksa, yaitu menghilang jasadnya secara tiba-tiba dan bisa dilihat oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan dalam melihat roh halus. Kemudian orang sakti yang menghilang tersebut pernah menampakkan diri di sebuah pulau yang terletak di sebelah barat laut Pulau Sumbawa juga dapat terlihat dari puncak Gunung Tambora. Maka pulau tersebut dinamai Pulau Satonda dari kata tonda yang berarti tanda/jejak kaki. Pulau tersebut dapat dilihat dari puncak Gunung Tambora, tampak dari atas berbentuk telapak kaki kanan manusia. Pulau Satonda sangat indah dengan pemandangannya yang masih alami, di tengah-tengah pulau tersebut terdapat danau yang jernih dan dikelilingi oleh tebing-tebing dari perbukitan yang masih alami. Diduga danau di Pulau Satonda tersebut mempunyai terowongan dari gua bawah laut menyambung dengan laut. Pulau Satonda dengan ketinggian antara 0 sampai 300 mdpl merupakan taman rekreasi (recreation park) dengan wilayah seluas 1.000 Ha mempunyai ciri-cirinya yang unik.
Sekarang pulau tersebut telah menjadi kawasan yang dilindungi (strict nature reserve). Pulau Satonda sangat baik untuk menjadi tempat untuk mempelajari hutan, karena hutan di pulau tersebut hancur akibat letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Juga banyak ditemukan jenis-jenis ikan yang baru dan hanya ditemukan di Danau Satonda saja. Pulau tersebut menjadi habitat sejumlah besar jenis-jenis burung yang dilindungi. Kesemua keindahan alam yang menjadi satu kesatuan menciptakan suatu fenomena indah, unik.
Pesona alam di Gunung Tambora makin menambah keelokan panorama alam Indonesia. Kita semua wajib untuk mengenali dan melestarikannya. Alam Indonesia menjadi obyek penelitian yang sangat menarik oleh para ilmuwan.
Bernice De Jong Boers, ilmuwan asal Denmark dalam makalah revisinya bertajuk "Mount Tambora in 1815: “A Volcanic Eruption in Indonesia and Its Aftermath" menggambarkan, Pulau Sumbawa sebelum meletusnya Gunung Tambora sebetulnya dalam keadaan cukup baik secara ekonomi. Jauh sebelumnya, di Sumbawa jauh lebih lebat hutannya. Ketika orang pertama datang, sebagian dari hutan ditebang untuk berladang.
Sekitar tahun 1400, orang- orang Jawa memperkenalkan cara bertanam padi di sawah dan mulai mengimpor kuda. Semakin lama jumlah penduduk berkembang. Orang mengandalkan hidup terutama dari beras, kacang hijau, dan kuda. Sementara dari perkebunan orang mengandalkan kopi, lada, dan kapas yang bisa tumbuh subur.
Di kawasan itu telah terdapat pula hubungan dagang. Pada masa itu Kerajaan Bima umumnya terbuka dari dunia luar. Dari segi ekonomi, perniagaan merupakan penghasilan utama dengan komoditas ekspor utama sebelum 1815 ialah beras, madu, kapas, dan kayu merah.
Setelah Tambora meletus, kesejahteraan yang terbangun itu runtuh. Saat itu terdapat enam kerajaan kecil di Pulau Sumbawa. Syair Kerajaan Bima menyebutkan dua kerajaan punah terkubur, yakni Pekat dan Tambora. Jauh setelah kejadian, muncul berbagai spekulasi bahwa terdapat istana kerajaan yang terpendam dengan beragam kekayaan. Apalagi dari penggalian yang dilakukan Sigurdsson dari Universitas Rhode Island, AS, dan tim dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sempat ditemukan keramik-keramik yang diperkirakan bermotif Vietnam. Muncul pula dugaan hidupnya orang-orang berbahasa Mon-Khmer, bahasa yang tidak lazim dituturkan di Nusantara.
Asumsi-asumsi tersebut diragukan Bambang Budi Utomo, arkeolog dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, yang sempat mengunjungi lokasi penggalian Sigurdsson. "Istilah kerajaan di luar Pulau Jawa tidak dapat disamakan dengan kerajaan besar di Jawa yang kaya raya. Jadi, jangan dibayangkan istana kerajaan seperti istana raja-raja di Jawa. Selain itu, temuan keramik yang mempunyai kesamaan dengan tembikar dari kawasan Indocina bukan berarti menandakan hidup populasi pendukung budaya Khmer. Tembikar itu sepertinya buatan China dan dapat saja sampai di Tambora karena adanya perdagangan," kata Bambang. Dia menyayangkan penelitian tersebut tidak melibatkan para arkeolog.
Setelah letusan, keadaan di sekitar Tambora—terutama di Bima—pun berbalik. Tanah yang tak dapat ditanami selama lima tahun membuat kelaparan dan kemelaratan berkepanjangan.
Kini, berjalan di lereng Tambora, tentu berbeda suasananya. Rumput tebal mengisi permukaan tanah, yang hampir dua abad lalu berselimut abu vulkanik. Lereng gunung itu menghijau, dengan hutan serta semak yang rimbun. Tanah telah kembali memberi berkah. Sebagian besar penduduk di lereng Tambora hidup dari pertanian dan perkebunan. Ada pula yang menjadi pemandu naik gunung.

GENERASI-GENERASI MASA LAMPAU

Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi mereka lah yang menganiaya diri mereka sendiri.(QS. At-Taubah: 70)
Pesan-pesan suci, disampaikan untuk umat manusia oleh Allah melalui utusan-utusan-Nya, telah dikomunikasikan kepada kita sejak penciptaan umat manusia, Beberapa masyarkat/kaum telah menerima pesan/ajaran ini sementara yang lain telah mengingkarinya. Adakalanya, ada sejumlah kecil dari suatu masyarakat yang mau menerima perintah suci tersebut mengikuti seorang pembawa risalah(nabi).
Namun sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah suci tersebut tidak bersedia menerimanya. Mereka tidak hanya mengabaikan pesan suci yang disampaikan oleh sang pembawa pesan, namun juga berusaha untuk melakkan perbuatan keji terhadap para pembawa pesan dan para pengikutnya. Para pembawa pesan suci tersebut biasanya dituduh serta difitnah sebagai "pembohong, sihir, orang yang sakit gila dan penuh dengan kesombongan" dan menjadi pemimpin dari banyak orang yang harus mereka cari-cari untuk dibunuh.
Semua hal yang diinginkan oleh para nabi dari kaumnya adalah kepatuhan mereka kepada Allah. Mereka tidak meminta uang ataupun berbagai keuntungan dunia lainnya sebagai balasan. Dan juga mereka tidak berusaha memaksa kaum mereka. Yang mereka inginkan hayalah mengajak kaum mereka kepada agama yang haq dan bahwa mereka seharusnya memulai sebuah jalan hidup yang berbeda bersama dengan para pengikutnya terpisah dari masyarkat.
Apa yang telah terjadi antara Syu'aib dan kaum Madyan dimana dia diutus, menggambarkan hubungan antara nabi dengan kaumnya sebagaimana yang disebutkan dimuka. Reaksi dari suku Syu'aib terhadap Syu'aib, yang menyerukan kepada mereka untuk beriman kepada Allah dan menghentikan semua tindakan ketidakadian yang telah mereka lakukan, dan bagaimana itu semua berakhir sangatlah menarik :
Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syu'aib, Ia berkata: "Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan selain Dia. Dan jaganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."
Dan Syu'aib berkata: "hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kamu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kamu.
Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah seorang yang sangat penyantun lagi berakal.
Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya). Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kamu daripadanya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku, melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya lah aku kembali.
Hai kaumku, janganlah hendakya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaun Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi maha Pengasih.
Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakana itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang benar-benar lemah diantara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa disisi kami.
Syu'aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedangkan Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang dibelakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan".
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatalah menurut kemampuanmu, sesungguhya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (tuhanku), sesungguhnya akupun menungu bersama kamu."
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di tempat tinggalnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud yang telah binasa.(QS Huud 84-95).
Dengan memikirkan "batu /prasasti Syu'aib" yang tidak lain kecuali menerukan mereka kepada kebaikan, kaum Mdyan dihukum dengan kutukan dari Allah dan merekapun telah dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas. Masyarakat Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya sebagaimana Syu'aib sedang berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat yang telah ada lebih dahulu sebelum masyarakat Madyan yang telah dibinasakan. Setelah Madyan, banyak masyarakat lain yang juga dihancurkan oleh kemurkaan Allah.
Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan menyebutkan masyarakat-masyarakat yang telah disebutkan diatas yang telah dibinasakan dan sisa-sisa peninggalan mereka. Di dalam Al Qur'an, masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara mendetail dan orang-orang diajak untuk merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana kaum-kaum ini berakhir.
Pada titik ini, Al Qur'an secara khusus menarik perhatian terhadap kenyataan bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban yang tinggi. . Di dalam Al Qur'an, sifat-sifat dari kaum-kaum yang dihancurkan ditekankan sebagai berikut:
Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?.(QS Qaf 36).
Dalam ayat tersebut, dua sifat dari kaum yang telah dihancurkan secara khusus ditekankan. Yang pertama adalah mereka merasa "lebih besar kekuatannya". Hal ini berarti bahwa masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut telah berada dalam suatu tingkat kedisiplinan dan system birokrasi militer yang tangguh dan merenggut kekuatan diwilayah mereka berada memalui dengan cara paksaan kekuatan. Point kedua adalah masyarakt-masyarakat yang telah disebutkan dimuka mendirikan kota-kota besar yang dihiasai dengan karya-karya arsitektur mereka.
Hal ini patut untuk diperhatikan bahwa dari kedua macam sifat-sifat ini termasuk yang dimiliki oleh peradaban yang ada dijaman kita sekarang ini, yang telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan telah mendirikan negara-negara yang tersentralisir, kota-kota besar, namun mereka masih tetap mengingkari dan mengabaikan Allah, melupakan bahwa semua hal tersebut memungkinkan untuk dibuat kaena Kekuasan Allah saja. Namun, sebagaimana dikatakan di dalam ayat, peradaban mereka yang telah berkembang tidak bisa menyelamatkan masyarakat yang telah dihancurkan tersebut, dikarenakan peradaban mereka berdiri diatas landasan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat inipun tidak akan berbeda selama peradaban sekarang ini berdasarkan kepada pengingkaran dan berperilaku jahat di dunia.
Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa diantaraya yang diceritakan dalam Al Qur'an, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis yang dilakukan di jaman modern, Temuan-temuan ini yang secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Qur'an benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya untuk menjadi "peringatan terlebih dahulu" yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Qur'an. Allah berfirman di dalam Al Qur'an bahwa penting untuk "bepergian di muka bumi" dan "melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka".
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memikirkanya.
Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harrapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kiab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(QS Yusuf 109-111).
Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kepahaman. Kehancuran mereka yang disebabkan oleh pemberontakan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintah-Nya, kaum-kaum ini mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia dhadapan Allah. Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan mempelajari contoh-contoh dalam susunan yang urut berdasarkan kronologi kejadiannya.
 

SEJARAH SINGKAT

STKIP Darul Husna Bima adalah lembaga pendidikan tinggi yang mengelola pendidikan keguruan setingkat stara satu (Sarjana), pendirian STKIP Darul Husna Bima merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat Bima akan pemerataan dan penyetaraan akses pendidikan tinggi. disadari sepenuhnya bahwa kebutuhan akan tenaga edukatif khususnya guru merupakan suatu hal yang harus dicarikan solusi yang cepat, tepat dan akurat sehingga dengan demikian STKIP Darul Husna Bima tampil sebagai lembaga yang siap memberikan pelayanan kepada masyarakat seutuuhnya dan khususnya masyarakat Bima yang membutuhkan percepatan akses pendidikan tinggi yang dimaksud.
STKIP Darul Husna Bima dalam menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran dengan membuka 3 (Tiga) program study setara strata satu (S1) yakni : 
a.       Program Studi S1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 
b.      Program Studi S1. Pendidikan Seni Rupa, 
c.       Program Studi S1. Pendidikan Matematika.
STKIP Darul Husna Bima berdiri atas prakarsa Yayasan Pendidikan Darul Husna Bima bersama unsur pemerintah dan masyarakat Ambalawi yang dideklarasikan tanggal :  02 Juli 2011 yang ditandatangani secara bersama-sama oleh masing-masing unsure yang mewakili. Yayasan Pendidikan Darul Husna sendiri berdiri bersdarkan Akte Notaris No: 46 Tahun 2003, tanggal 16 Juli 2003 dengan menjalankan beberapa jenis usaha Yayasan yakni : 
1)      Mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an dan mulai beroperasi pada tanggal 21 April 2002 
2)      Mendirikan SMP-Plus Darul Husna Ambalawi pada tanggal 02 Mei 2002 dengan jumlah siswa pertama pada tahun pelajaran 2002/2003 sebanyak 24 orang dan pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah siswa yang tertampung berjumlah 246 siswa dan selama menjalankan roda usaha sudah 7 (tujuh) kali menamat siswa. 
3)      Pada tanggal 21 Juli 2005 mendirikan SMA Darul Husna Ambalawi dengan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2005/2006  sebanyak 36 orang dan pada tahun 2011/2012 jumlah siswanya sebanyak 276 Siswa dengan 4 (empat) kali menamatkan siswa. 
4)      Pada tanggal 21 Juli 2005 mendirikan MI-Plus darul husna Ambalawi dengan jumlah siswa tahun pelajaran 2005/2006 sebanyak 22 orang siswa dan sampai pada tahun pelajaran 2011/2012 jumlah siswa sebanyak 76 orang siswa dengan 1 (satu) kali menamatkan siswa. 
5)      Pada tanggal 01 Juli 2007 mendirikan MTs Darul Husna Ambalawi  dengan jumlah tahun pelajaran 2007/2008 sebanyak 34 orang siswa dan pada tahun pelajaran 2011/2012  sejumlah 89 orang siswa  dengan 2 (dua) kali menamatkan siswa. 
6)      Pada tanggal 01 Juli 2010 mendirikan Madrasah Aliyah Darul Husna Ambalawi dengan jumlah siswa tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 37 orang dan pada tahun pelajaran 2011/2012 jumlah siswa sebanyak 65 orang. Oleh adanya keberhasilan dan peran nyata yang sudah diberikan oleh Yayasan Pendidikan Darul Husna sebagai wujud keseriusan Yayasan dan Pengembangan usaha Yayasan maka pada tanggal 02 Juli 2011 dilakukanlah Deklarasi pendirian Kampus STKIP Darul Husna Bima. Antusiasme atau respon masyarakat Bima begitu besar terhadap keberadaan STKIP Darul Husna Bima

ARTI LOGO


Bulan dan Bintang = Merupakan suatu makna yang memberikan suatu Pencerahan dalam kegelapan
Kertas dan Pena = merupakan suatu makna tentang aktifitas keilmuan
Padi dan Kapas = merupakan suatu makna akan adanya kemakmuran
Manzadda Wadzadda = adalah suatu ungkapan penguatan dimana orang yang bersungguh-sungguh akan memperoleh kesuksesan
Lingkaran :
Lingkaran Kecil : Ikatan Silaturahmi antara pengurus Yayasan dan pengurus lembaga serta mahasiswa yang sudah terjalin sedemikia rupa sehingga melahirkan rasa kebersamaan dan saling memikul  dengan rasa penuh tanggung jawab dan memiliki.
Lingkaran Besar (Luar) : adalah Terjalinnya ikatan dengan masyarakat seutuhnya.
Dari arti logo diatas dapat dimaknai bahwa Lahirnya STKIP Darul Husna Bima merupakan suatu wahana atau wadah dalam memberikan pencerahan dikalangan masyarakat Indonesia dan Khususnya masyarakat Bima melalui Ilmu Pengetahuan yang berperadaban dan memiliki karakter agar senantiasa memperoleh kemakmuran dan kesetaraan hidup dengan semata-mata mengedepankan niat yang ikhlas dan bersungguh-sungguh dan dengan semangat kebersamaan dalam menjalin ukhuwah baik diantara pengurus Yayasan, Pengurus lembaga, Mahasiswa dan masyarakat umum sebagaimana yang dicitakan dalam Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat).